Wakapolda Papua, Brigjen Pol Yakobus Marjuki mengatakan, untuk di Mapolres Jayawijaya sendiri ada 2.200 orang pengungsi di sana. Warga merasa takut terjadi aksi kericuhan susulan di lingkungan sekitar mereka.
"Pengungsi tersebar di 23 titik. Totalnya ada 8.000-an orang pengungsi," kata Yakobus kepada wartawan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Minggu (29/9/2019).
Menurut dia, saat ini pemerintah daerah (pemda) sudah mengelola dapur umum untuk para pengungsi. Selain itu, warga juga rawan terserang penyakit kalau suhu udara mulai dingin dan terlambat makan.
Warga yang memilih untuk menjadi pengungsi Wamena terus berdatangan hingga mencapai 8.000-an orang. (Foto: iNews).
Yakobus mengatakan, untuk di Mapolres Jayawijaya, ada 471 orang terkena diare. Kondisi ini harus tetap diantisipasi jajaran pemda, sehingga pengungsi di daerah lain tidak sampai mengalami hal serupa.
"Ke depannya, pengungsi tak lagi di kantor polisi lagi, karena tak ada fasilitas yang mendukung. Harus ada langkah cepat terkait masalah pengungsian ini," ujarnya.
Dia mengatakan, banyak pengungsi dari berbagai daerah mendatangi Wamena. Mereka dari Mamberamo Tengah, Yalimo, dan Lanny Jaya, karena khawatir terjadi kericuhan di daerah tersebut nantinya.
"Tadi masih ada satu truk warga dengan pengawalan. Masyarakat tetap harus tenang dan tak cepat mempercayai isu provokatif yang muncul di luar daerah Wamena," kata Yakobus.
Editor : Andi Mohammad Ikhbal
Follow Berita iNewsPapua di Google News